Biografi Kecil
ANWAR PUTRA BAYU
Oleh B. Trisman#
Oleh B. Trisman#
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki aneka ragam kekayaan, seperti kekayaan sumber daya alam dan sumber
daya manusia, meskipun pemanfaatan kedua kekayaan itu belum optimal. Di samping
itu, Indonesia pun kaya dengan khazanah budaya yang berasal dari berbagai
kelompok etnis. Sebagai sebuah Negara yang dihuni oleh masyarakat multietnis,
Indonesia memiliki beragam suku bangsa, seperti Melayu, Batak, Minangkabau,
Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bugis, Makasar, Ambon, Papua, Keturunan Tionghoa,
dan lain-lain. Keberagaman asal kelompok etnis ini jiga mewarnai khazanah
sastra Indonesia.

1. Latar Belakang Keluarga
Anwar Putra Bayu dikenal salah
seorang penulis sastra yang ikut menyemarakkan kehidupan sastra di Sumatera
Selatan. Sepanjang karir kepengarangannya, dia telah menghasilkan beragam karya
sastra, seperti naskah drama, cerita pendek, puisi, serta esai sastra dan
budaya. Selain aktif menulis, Anwar Putra Bayu pernah menyutradarai
beberapa pertunjukan drama dan beberapa pertunjukan kelompok teater lain pernah
melibatkan dirinya. Sebagai penulis, karya-karya Anwar Putra Bayu tersebar di
berbagai media di Indonesia.
Anwar Putra Bayu dilahirkan di Medan,
Sumatera Utara, pada 14 Juni 1960 dari pasangan Drs. Bahauddin dan Siti Amnah.
Ayahnya adalah seorang pensiunan Bank Exim Jakarta (Sekarang Bank Mandiri).
2. Latar Belakang
Pendidikan
Pendidikan dasar dan menengah pertama di
tempuhnya di kota Jakarta. Sementara itu, pendidikan menengah atas dilaluinya
di dua kota, Medan dan Palembang. Dia pernah tercatat sebagai siswa jurusan
bahasa SMA Negeri 6 Medan sebelum dia hijrah ke Palembang. Setelah pindah ke
Palembang pada tahun 1979, Anwar Putra Bayu bersekolah di Palembang hingga
selesai.
Setamat dari SMA, dia pun berkeinginan
untuk melanjutkan pendidikannya ke Institut Kesenian Jakarta. Sementara itu,
kakak perempuannya lebih menganjurkan agar dia masuk ke fakultas hukum,
sehingga pada gilirannya terjadilah perbedaan prinsip antara dia dan kakaknya.
Hasilnya, Anwar Putra Bayu memutuskan tidak mau melanjutkan pendidikannya.
Sejak kejadian itu, dia memantapkan diri dengan berkesenian.
3. Latar Belakang Pekerjaan
Anwar Putra Bayu ternyata sosok yang gigih
dengan pendiriannya meskipun kadangkala harus ada yang dikorbankannya. Hal itu
terlihat dari perjalanan panjang hidupnya. Berbagai bidang pernah digarapnya,
baik yang susah maupun yang senang. Anwar Putra Bayu pernah bekerja apa saja
untuk menyambung hidupnya, baik jadi seorang buruh hingga kuli tinta.
Sebelumnya dia pernah ditawari oleh kakak iparnya untuk bekerja di pemerintahan
(PNS), tapi hal itu ditolaknya dengan penuh kesadaran.
Semua pekerjaan yang dijalaninya itu juga
didasarkan kecintaannya pada dunia seni. Uang yang dihasilkan dari pekerjaan
itu tidak digunakan untuk ”mesolek” dirinya, tetapi dihabiskannya hanya
untuk membeli buku-buku. Kebiasaan seperti itu dilakoninya terus.
Oleh karena lama bekerja keras Anwar Putra Bayu pernah menderita sakit. Soalnya, tubuhnya yang kurus
memang tidak sesuai dengan beban kerja yang berat. Apa lagi dia memang mengidap
penyakit asma. Pada waktu sakit pun, uang yang dimilikinya masih dihabiskan
untuk membeli buku. Kakaknya sempat marah-marah karena dia tidak menggunakan
uang itu untuk keperluan berobat. Bahkan Anwar Putra Bayu sempat meledek
kakaknya ”Justru buku itu membuatku sembuh, bukan obat itu membuatku jadi
pandai,” kata Anwar Putra Bayu.
Di samping pekerjaan-pekerjaan yang
disebutkan terdahulu, Anwar Putra Bayu ikut membidani kelahiran beberapa
lembaga swadaya masyarakat di Palembang. Menurutnya, alasan mendasar mendirikan
lembaga tersebut bertujuan mendorong terbangunnya civil sociaty dan
kehidupan berdemokrasi di tengah kuatnya rezim otorian ketika itu. Anwar Putra
Bayu memandang bahwa peranan lembaga perwakilan rakyat ketika itu lumpuh dan
terkooptasi, maka LSM perlu mengambil peran. Itu sebabnya dia dan teman-teman
ikut mendirikan dan aktif di Forum Studi Kebudayaan Kali Musi (1990), Forum
Studi Kebudayaan Orde (1991-1995), Yayasan Kuala Merdeka (1995). Dia pernah
juga menjadi Ketua Presidium Komite Independen Pemantau Pemilu Sumatera Selatan
(KIPPDA) pada tahun 1999. Juga pernah aktif di Dewan Daerah Wahana Lingkungan
Hidup (WALHI) Sumatera Selatan pada tahun 1990-an, dan terakhir pendiri Yayasan
Pustaka Indonesia pada tahun 2000.
Selain itu, Anwar Putra Bayu juga pernah
berkiprah sebagai jurnalis dan redaktur budaya pada Tabloid Media Guru
(1989-1991), Pemimpin Redaksi Majalah Kebudayaan Dinamika (1990), redaktur
majalah Veto (2001), Staf Redaksi Majalah Budaya ATL (1999), dan Pemimpin
Redaksi Jurnal Hukum LBH Palembang tahun 2005. Tahun 2009-2010 dia jadi dosen luar biasa di FKIP Universitas Bina Darma Palembang.
4. Latar Belakang Kesastraan
Berkesenian baginya adalah sebuah pilihan
jalan hidupnya meskipun harus berhadapan dengan berbagai tantangan. Sebagai
sebuah pilihan, dia mengabdikan diri sepenuhnya pada pilihannya itu. Salah satu
konsekweksi pilihan yang ditetapkannya itu, Anwar Putra Bayu harus
berseberangan pemikiran dengan ayahnya sendiri.
Ayahnya, Drs. Bahauddin, sangat
menginginkan anak bungsunya itu melanjutkan pendidikan ke jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Akan tetapi, Anwar Putra Bayu malah berkemauan untuk
melanjutkan studinya ke jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa. Keinginannya itu
dilandaskan oleh adanya pemahaman dan keakrabannya dengan dunia mengarang. Pada
saat itu, Anwar Putra Bayu sudah mulai berkiprah di gelanggang seni dengan
menjadi anggota Teater Propesi Medan asuhan AS. Atmadi, salah seorang penggiat
teater di Medan.
Sikap yang dijalankan Anwar Putra Bayu
malah dianggap ”membangkang” oleh ayahnya. Sang ayah memberi ultimatum kepada
anaknya. Anwar Putra Bayu disuruh memilih dua alternatif, yakni memilih sekolah
atau berteater. Anwar Putra Bayu menganggap keduanya penting, tetapi teater
merupakan pilihan terbaiknya. Oleh karena itu, dia pun nekad untuk meninggalkan
salah satu pilihan penting itu demi kesetiannya pada pilihan utamanya itu, maka
sejak itu dia pun memutuskan keluar dari pendidikan formalnya, itu terjadi pada
tahun 1978.
Kemudian Anwar Putra Bayu meninggalkan
kota kelahirannya menuju ke kota Palembang pada tahun 1979. Di kota inilah
ibunya dimakamkan. Saat dia ditinggalkan ibunnya Siti Amnah saat itu dia
berusia dua tahun. Tekadnya untuk bertahan dengan berkesenian tetap membara di
tempatnya yang baru itu. Untuk itu, Anwar Putra Bayu tetap berkeinginan
melanjutkan sekolah di jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa. Namun, apa boleh buat
dia terpaksa memendam keinginannya itu karena tidak menemukan sekolah yang
membuka jurusan Ilmu Pengetahuan Bahasa di kota Palembang. Akhirnya, Anwar
Putra Bayu masuk jurusan Ilmu Pengetahuan Alam pada salah satu SMA Swasta di
Palembang.
Perbedaan pandangan antara Anwar Putra
Bayu dengan keluarganya bermuara pada ketidakinginan Anwar Putra Bayu
melanjutkan pendidikannya. Setamat SMA, dia pun memutuskan untuk sepenuhnya
mengabdikan dirinya pada kesenian. Pada tahun 1980, Anwar Putra Bayu, bersama
Wahid Chantoro, mendirikan Teater SAS yang berdomisili di Kertapati, Palembang.
Anggota yang dibina Anwar Putra Bayu adalah remaja-remaja putus sekolah, bahkan
beberapa preman.
Pada tahun 1984, Anwar Putra Bayu kemudian
mendirikan Teater Potlot. Semenjak itu, namanya mulai dikenal di lingkungan
kesenian, khususnya teater. Seiring dengan itu, semangat berkarya Anwar Putra
Bayu menjadi semakin meningkat. Kemudian, dia pun menulis beberapa naskah drama
yang dipentaskan di Palembang dan beberapa kota lain.
Selain menulis naskah, Anwar Putra Bayu
menggeluti dunia penyutradaraan. Ada beberapa pementasan yang pernah
disutradarainya, yaitu (1) Dokter Gadungan karya Mollier pada tahun
1983, (2) Jaka Tarub karya Akhudiat pada tahun 1988, (3) Raden Fatah karya
Robin Surawijaya pada tahun 1988, dan Lysistrata karya Aristhopanes pada
tahun 1990 dan 1993. Sementara itu, karya sendiri yang pernah dipentaskannya
antara lain Wong-wong, Patung di Taman, dan Kursi. Untuk
naskah dramanya yang berjudul ”Wong-wong” pernah mendapat penghargaan sebagai
naskah terbaik se-Sumatera Selatan dalam Festival Teater BKTSS tahun 1987, di
Lubuk Linggau. Anwar Putra Bayu banyak menulis artikel yang dimuat di beberapa
koran Indonesia.
5. Daftar Karya
A. Drama
1.
Wong-Wong
2.
Patung di Taman
3.
Cahaya dan Ruang Kosong
4.
Mimikri
5.
Kursi
B.
Puisi
Karya
Anwar Putra Bayu yang berupa puisi terhimpun di berbagai antologi, baik mandiri
maupun bersama.
Antologi Mandiri
1.
Catatan Bagi Orang-Orang Berzirah, 1994, Palembang: Yayasan Izma
2.
Pada Akhirnya, 1999, Palembang: Yayasan Orde
3.
Pada Akhirnya, 2007, Yogyakarta, Hilayat Publishing
Antologi Bersama
1.
Refleksi Setengah Abad
Indonesia, 1995. Solo: Taman Budaya
2.
45 Penyair Indonesia
dari Negeri Poci 2. 1996. Jakarta:Puskata Sastra
3.
49 Penyair Indonesia
Dari Negeri Poci 3.1996.Jakarta: Tiara
4.
Negeri Bayang-bayang.1996. Surabaya: Yayasan
Seni
5.
Kumpulan Puisi
se-Sumatera.1996. Jambi: Taman Budaya
6.
Dari Bumi Lada. 1996. Lampung: Dewan
Kesenian Lampung
7.
Mimbar Penyair Abad 21. 1996. Jakarta: Balai
Pustaka
8.
Dari Bumi Andalas. 1999. Lampung:
Depdikbud
9.
Empat Wajah. 2000. Palembang. Balai
Bahasa
10.
Purnama Kata. 2002. Bengkalis: Dewan
Kesenian Bengkalis
11.
Padang Bagalanggang. 2003. Padang: Dewan
Kesenian Padang
12.
Maha Duka Aceh. 2005. Jakarta: PDS H.B.
Jassin
13.
Semangkuk Embun. 2005. Jakarta: DKJ
14.
Syair Tsunami. 2006. Jakarta: Balai
Pustaka
15.
Poetry and Sincerity. 2006. Jakarta: DKJ dan
DKSS
16.
Rampai Melayu untuk
Kepulauan Riau. 2006. Tanjung Pinang:
Panitia Festival Budaya Melayu
Internasional
17.
Medan Makna. 2007. Medan:
Laboratorium Sastra Medan
18.
Medan Sastra. 2007. Medan: Dewan
Kesenian Sumatera Utara
19.
Tanah Pilih. 2008. Jambi: Dinas
Budpar Provinsi Jambi.
20.
Kota Pena. 2008. Pangkal Pinang:
Yayasan Lawang.
21.
Rumpun Kita. 2009. Kuala Lumpur:
Pena (Malaysia).
22.
Akulah Musi. 2011. Palembang: DKSS
(Indonesia).
23.
Puisi Pangkor 1, Perak. 2011 Institut
Darul Ridzuan (Malaysia)
24.
Ibu Kota Keberaksaraan. 2012. Disparbud
DKI (Jakarta).
25.
Narasi Tembuni, 2012. KSI (Jakarta).
26.
Hari Puisi Indonesia. 2012. Pekanbaru, DKR.
(Riau).
27.
Sauk Seloko. 2012. DKJ. (Jambi).
28.
Panggung Melayu Perempuan Melayu yang
Tak Pernah Melayu.
2012. Yayasan.
29.
Tamadun Melayu 1, 2013. Tanjung Pinang, Dinas
Kebudyaaan Kepri.
30.
Anthology of the 33rd
World Congress of Poest. 2013,
Ipoh, WAAC Institut Darul Ridzuan.
31.
Serumpun Kata
Serumpun Cerita
(2013).
c. Antologi Cerpen
1. Sang
Paduka Raja, 1995. YOI (Palembang)
d. Biografi
1. Berdayung. 2001. Palembang: Unanti Press
2. Potret Pemimpin yang Merakyat. 2003. Palembang:
Yayasan Pustaka
e. Pembicaraan Karya
1.
Nurmansyah Putra. 1998. Stilistika Puisi-puisi Anwar Putra Bayu
(Tesis S1 pada program studi Bahasa dan Seni, FKIP Unsri)
2.
Erika Idmar. 1995. Nilai-nilai Budaya Puisi Anwar Putra Bayu (Tesis
S1 pada program studi Bahasa dan Seni, FKIP Unsri)
3.
Heni Setiawati. 2002. Intertekstualitas Puisi-puisi Anwar Putra Bayu
dengan Al-Quran (Tesis S1 pada Program Studi Bahasa dan Seni, FKIP Unsri)
4.
M. Irsan. 2005. Pandangan Anwar Putra Bayu Terhadap Realita Sosial dalam
Antologi Puisi Catatan bagi Orang-orang Berzirah. (Penelitian Mandiri,
Balai Bahasa Palembang)
5.
M. Irsan. 2006. Catatan bagi Orang-orang Bezirah Karya Anwar Putra Bayu:
Sebuah Kajian Stlistika. (Penelitian Mandiri, Balai Bahasa Palembang)
6.
Shafwan Hadi Umry. 2010. Mitos Sastra Melayu (Kajian Tekstual dan
Kontekstual. (USU, Medan).
f. Biodata
Biodata Anwar Putra Bayu terdapat dalam buku:
1.
Direktori Penulis di Indonesia. 1997. Jakarta: Depdikbud
2.
Leksikon Sastra Indonesia. 2000. Jakarta: Balai Pustaka
3.
Buku Pintar Sastra Indonesia. 2001. Jakarta: Kompas
4.
Bibiliografi Sastra Indonesia. 2001. Magelang: Indonesia Tera
5.
22 Profil Seniman Sumatera Selatan. 2003. Palembang: DKSS
6.
Kiprah 50 Tokoh di Sumatera Selatan. 2006. Palembang: app-the sumsel centre
7.
Direktori Kesenian Sumatera Selatan. 2006. Palembang: Dinas Budpar Sumsel
8.
Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2006. Bandung: Angkasa
g. Penghargaan
1.
Tahun 2002 Menerima Penghargaan Seni bidang sastra dari Gubernur Sumatera
Selatan.
2.
Tahun 1986 Menerima Penghargaan Naskah Drama Terbaik pada Festival Teater
Sumatera Selatan (BKTS).
#
# B. Trisman adalah Mantan Kepala Balai Bahasa Palembang
r